MUARA BUNGO – Diduga karena faktor ekonomi, seorang pemuda bernama JR (17) warga Dusun Sungai Lilin, Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas, Kabupaten Bungo, Jambi, nekat menghabisi nyawanya dengan cara gantung diri di pohon Jengkol. Kejadian tersebut pada hari Rabu (17/02/2021) sekira jam 22.00 WIB.
Diketahui, JR (17) gantung diri di pohon jengkol di belakang rumahnya serta ditemukan oleh kakek dan nenek korban yang melihat cucunya tergantung dengan seutas tali tambang di leher.
Kapolres Bungo, AKBP Mokhamad Lutfi S.I.K membenarkan atas kejadian tersebut, seorang pemuda tergantung dipohon jengkol dengan seutas tali.
“Benar, kejadian tersebut diketahui oleh kakek dan neneknya bernama Ramli dan Juwairiah, melihat cucunya sedang tidak ada di rumah sekira jam 20.00 WIB, melihat tidak ada di rumah dan mencoba mencari korban ke rumah tetangga, namun tetangga tidak ada yang melihat korban,” ujar Kapolres Bungo.
Lutfi menyebutkan, sekira pukul 22.00 WIB saksi mencoba mencari di belakang rumah, karena korban biasanya buang air besar di belakang rumah tersebut. Metiba di belakang rumah saksi akhrinya melihat seorang pemuda yang dicarinya terikat dengan seutas tali tambang di dahan pohon jengkol.
“Kemudian saksi meminta bantuan kepada tetangga untuk menurunkan korban dan membawa korban ke dalam rumah saksi, dan kemudian memberitahukan kejadian kepada warga serta perangkat desa menyampaikan ke pihak Polsek Tanah Sepenggal Lintas,” sebutnya Lutfi.
Tidak lama kemudian anggota polsek tiba di TKP, dan melihat memang benar bahwa korban sudah berada di dalam rumah saksi (tempat tinggal korban).
Dikatakan Lutfi, kejadiaan tersebut tidak ada tanda tanda kekerasan, dan pihak keluarga korban tidak ingin dilakukan otopsi. Pihak keluarga korban pun bersedia membuat surat pernyataan bahwa sudah berlapang dada dan ikhlas tidak menuntut kepada siapapun terhadap korban.
“Untuk motif korban gantung diri didasari motif keluarga dan faktor ekonomi, karena ibu korban sudah meninggal dunia, sedangkan ayah korban mempunyai penyakit sesak nafas, sejak lahir sampai dewasa korban beserta 3 saudaranya tinggal dengan nenek dan kakeknya dikarenakan faktor ekonomi orangtuanya tersebut,” cetusnya (Barax)