JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Krisantus Kurniawan, mengatakan, keberadaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berperan penting bagi masyarakat, khususnya di tengah pandemi Covid-19.
Bahkan, menurut Krisantus, keberadaan TIK telah menciptakan usaha-usaha baru bagi masyarakat di samping menekan penyebaran virus tersebut.
Krisantus menyampaikan hal itu saat menjadi narasumber dalam Seminar Merajut Nusantara secara daring yang diselenggarakan oleh BAKTI Kominfo berkerja sama dengan Komisi I DPR RI, Rabu (17/3/2021).
“Peran TIK di tengah pandemi Covid-19, di antaranya menekan penyebaran Covid-19, mengalihkan kegiatan pendidikan menjadi daring, membantu komunikasi di pemerintahan, sebagai media untuk melahirkan usaha baru atau mengembangkan usaha ekonomi digital/startup, dan sebagai transaksi berbasis online,” kata Krisantus
Narasumber lainnya, dosen FIKOM Universitas Esa Unggul Jakarta, Gun Gun Siswadi, menyebutkan, saat ini Indonesia sudah mengakses internet dengan penggunanya sebanyak 126 juta orang. Dengan begitu, kata dia, sudah 50 persen lebih rakyat Indonesia dapat mengakses internet.
“Ada pepatah mengatakan “siapa yang menguasai informaasi maka dia akan mengusai diri”. Maka dari itu kita harus memanfaatkan informasi dengan baik supaya kita mendapatkan kesejahteraan bagi diri kita sendiri,” ujar Gun Gun.
Menurut dia, saat ini kebutuhan informasi sudah luar biasa. Jika dahulu kebutuhan masyarakat ada tiga, yaitu sandang, pangan dan papan, kata dia, maka sekarang kebutuhan pokok masyarakat sudah ditambah satu, yakni informasi.
“Karena sudah mejadi kebutuhan pokok, maka kebutuhan tersebut harus kita jaga, dan harus kita manfaatkan supaya kita mendapatkan nilai tambah untuk pengelolanya. Kalau mendapatkan keuntungan dari mengakses informasi berarti itu akan pula mendatangkan kesejahteraan bagi para pengelolanya,” ujarnya.
Gun gun mengatakan, infrastruktur saat ini sudah memadai sehingga terjadi banjir informasi yang datang ke gadget masing-masing. Dengan banyaknya informasi tersebut, kata dia, maka harus bisa membedakan dan memilih antara informasi yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, sehingga diperlukannya masyarakat yang mengerti akan literasi digital yang baik.
Hal lain selain perbelanjaan juga sudah dirasakan seperti pada bidang pendidikan, kesehatan, dan bidang lainnya. Terjadinya digitalisasi dalam bidang pendidikan membuat kegiatan pembelajaran dilakukan secara kombinasi antara pembelajaran secara tatap muka dengan pembelajaran yang dilakukan secara online.
”Dalam hal pendidikan, dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, maka internet bisa menjadi sarana ajang pencarian beasiswa, dan dapat melatih kegiatan belajar secara mandiri, serta dapat mengembangkan materi dengan berbagai media,” ucap dia.
Sementara narasumber berikutnya, pengamat bisnis internasional, Sondang T. Tampubolon, memberikan imbauan dalam menggunakan internet, khususnya media sosial.
“Kita harus berhati-hati dalam membuat konten jangan sampai membuat konten yang bersifat SARA karena dapat terjerumus dalam hukum ITE,” kata Sondang.
Menurut dia, TIK sangat berkembang dengan cepat, dimulai dari faksifamili, telepon, email, website, koran/majalah, iklan TV, sampai yang sekarang media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, TikTok. Kemudian media streaming, hingga iklan di WhatsApp.
Sondang kemudian memberikan tips sederhana untuk memulai bisnis. Menurutnya, salah satu yang harus dilakukan yaitu dengan menjadi Youtuber dengan memulai membuat video yang informatif dan membuat komunitas sendiri.
“Sehingga nanti akan banyak orang yang menonton dan mensubscribe, hingga akhirnya iklan-iklan akan mulai berdatangan dan kita akan mendapatkan pendapatan semakin baik. Cukup dengan menggunakan smartphone kita bisa membuat video sendiri, dan jika ingin menjadi youtuber yang baik maka kita bisa memanfaatkan Search Egine Optimization (SEO),” ucap Sondang.
Ia membagikan kisah sukses, di antaranya “Kripik Pedas Maicih”. Menurutnya, sekarang semua orang bisa menemuinya di minimarket, padahal dulu hanya bisa didapatkan di rumahan saja.
“Pemiliknya adalah Reza Nurhilman, dia dahulu hanya bermodalkan 15 juta sekarang dia sudah memiliki omset mencapai Rp7 miliar/bulan. melakukan pemasaran dengan pemanfaatan media sosial dan juga re-seller,” tuturnya.
Kisah lainnya yakni Wiliam Tanuwijaya, pengagas tokopedia di Indonesia. Menurutnya,, sekarang ada 2,7 juta orang menggunakan Tokopedia untuk berbisnis dan berjualan, sehingga omset yang didapat sebanyak Rp18,5 triliun di tahun 2019 .
“Pemasarannya menggunakan Facebook dan Twitter dan bekerja sama dengan re-seller, hingga sekarang jumlah visitor tokopedia sebanyak 150 juta orang/bulan,” paparnya.*(dng)