Masyarakat Jijik dengan Perilaku “Cari Muka” Pejabat Saat Banjir

  • Bagikan

DimensiNews.co.id, Tangerang – Sujiah, warga Perumahan Periuk Jaya Permai RW 08/02 Kelurahan Periuk Jaya, Kecamatan Periuk hampir saja meninggal bila saja beberapa warga tidak menolongnya saat terjebak banjir beberapa hari lalu.

Korban yang diketahui tinggal sebatangkara berhasil dievakuasi oleh warga saat hampir meninggal dunia di rumahnya.

“Jadi kejadiannya jam 22:30 WIB, waktu itu kami sedang melakukan patroli malam dan mendapati Si Nenek sedang menggigil kedinginan,” kata Asep, warga yang menolong Sujiah kepada wartawan Sabtu (4/1/2020).

Ia menilai, kejadian tersebut tidak seharusnya terjadi apabila tim penyelamat dari BPBD Kota Tangerang dapat lebih siaga dalam menanggulangi bencana banjir besar yang melanda wilayahnya.

“Kami sangat kecewa, kami berinisiatif untuk melakukan patroli di tengah-tengah derasnya arus air,” jelasnya.

BACA JUGA :   Kapolres OKU Selatan: Masyarakat Tak Perlu Takut Ataupun Kuwatir di Vaksinasi

Ia mengaku, kendati sulit menembus arus banjir yang melanda lingkungannya, akan tetapi dengan dorongan yang kuat lantaran kekecewaannya atas kinerja BPBD Kota Tangerang dianggap tidak mampu menanggulangi bencana di wilayahnya.

“Kita diminta untuk menunggu, kalau kita ikuti saran dari BPBD udah pasti Si Nenek akan meninggal,” jelasnya.

Ditemui terpisah Umar Atmaja, Koordinator Gerakan Pemuda Peduli Bangsa mengaku prihatin atas kejadian tersebut.

Menurut Umar, aksi penyelamatan warga Kecamatan Periuk tersebut tidak perlu terjadi apabila tim dari BPBD Kota Tangerang dapat diandalkan dalam hal penanganan bencana.

“Warga yang berinisiatif untuk menolong warga lainnya bisa saja menjadi korban atas ketidakbecusan dari BPBD Kota tangerang,” tuturnya.

BACA JUGA :   Pura Berusia Ratusan Tahun di Temukan Warga Desa Demang Limun

Menurut dia, kejadian tersebut disinyalir lantaran anggaran yang dikucurkan untuk BPBD Kota Tangerang untuk menanggulangi bencana telah dimanipulasi, sehingga saat bencana benar-benar terjadi tidak ada lagi anggaran yang tersisa.

“Lah wong mesin perahu karet jebol, alat-alat penyelamatan sudah usang, itu anggaran segitu besarnya dilempar kemana,” kata Umar.

Selain itu, dinilai kurang cekatan dalam menanggulangi bencana juga disebutnya sebagai salahsatu pemicu bergeraknya warga untuk menyelamatkan warga lainnya.

“Kan udah tau setiap tahun banjir, kenapa harus terulang dan terulang lagi, jangan cuma mereka hadir pas Pak Wali kesini doang, setelah Pak Wali pergi mereka ikutan pergi,” tuturnya.

Menurut dia, perilaku cari muka yang seringkali ditunjukan oleh petugas BPBD adalah salahsatu hal yang menjijikkan dan masyarakat sudah bosan disuguhkan hal seperti itu.

BACA JUGA :   JPK Kembali Mendatangi Kejaksaan Tinggi Jambi Terkait Pipanisasi dan IUP Sarolangun

“Pada cari muka doang, datang ke lokasi banjir belom sampe tengah baru semata kaki poto kirim ke Pak Wali dan selesai, kita muak dan jijik disuguhkan hal kayak gitu,” jelas Umar.

Ia menilai, pelatihan tanggap bencana yang selama ini menelan anggaran cukup besar hanya sebatas menggugurkan kewajiban dan sebagai upaya menekan silpa.

“Mana ada gunanya, mending BPBD dibubarkan saja kalau memang tidak mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya,” ucapnya.(dul)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights