DimensiNews.co.id, MALANG-Sejak penangkapan salah satu aktivis sosial Malang Raya, M Syafril alias Caping beberapa hari lalu membuat gerah Aktivis Malang Raya.
“Kami sangat prihatin mendengar berita penangkapan saudara Caping yang dijerat kasus ITE,” kata Aktivis Budaya, Wahyu Eko Setiawan yang didampingi Rosani Projo, Aktivis Kemanusiaan MCC, Dani dari ARGOM, Awing, Aktivis Kepemudaan serta Khusyaeri, Aktivis ProDesa, Selasa (29/9/2020) malam, saat ditemui di Pujasera Stasiun Kota Baru Malang.
Karena, lanjut Wahyu, kasus ITE dalam bentuk ‘Meme’ yang dibuat tersebut adalah bentuk keprihatinan dari aktivis Malang Raya.
Menurut dia, dimana ada seorang pemimpin yang dalam hal ini adalah Bupati Malang yang melaporkan aktivis saat melakukan kritikan dalam bentuk ‘Meme’ atas ucapannya (Bupati Malang, red) dinilai bahwa tindakan itu tidak bijaksana.
“Kami kira, tindakan melaporkan aktivis saat melakukan kritikan sangat tidak bijaksana. Karena, sebagai pimpinan pastilah ada pengkritik dan dibutuhkan kritikan, agar beliau sebagai pimpinan bisa berjalan pada jalur yang benar,” ujar dia.
Dalam hal ini, tambah Wahyu, seorang Caping sebagai aktivis telah mewujudkan idealismenya untuk selalu mengkritik hal yang tidak benar.
Bahkan, dianggap olehnya, wajar bila kritik tersebut dalam koridor moral yang justru wajib dilakukan.
“Kita patut berterimakasih kepada Caping, kebijaksanaan Bupati Malang ini jangan sampai menjadi tendensi atau jangan sampai menjadi perilaku yang kemudian dibiasakan bagi kepala daerah lain baik Wali Kota, Gubernur maupun Presiden sekalipun kalau dibuat ‘Meme’ janganlah kemudian sewenang-wenang menggunakan tameng UU ITE selama itu tidak menyimpang dari norma atau moral nilai-nilai yang berlaku jika itu terkait dengan ucapan atau tindakan yang memang dirasa keliru,” urainya.
“Kami mengira, belajar dari kasus ini perlu merefleksikan, mengkoreksi urgensi UU ITE agar ke depan tidak menjadi alat untuk membungkam para aktivis yang mengkritik pemimpin atau kepala daerah,” imbuh Wahyu.
Oleh sebab itu, diungkapkannya, sebagai rasa perwujudan simpati, besok Rabu (30/9/2020) seluruh Aktivis Malang Raya akan hadir ke Polres Malang menemui Kapolres Malang untuk mengajukan permohonan penangguhan.
“Kami berharap, Bapak Kapolres Malang berkenan memberikan penangguhan penahanan. Kami atas dasar simpati dan empati kepada Caping, dan kami kenal betul siapa Caping. Kami siap menjadi penjamin,” tandas dia.
Dalam pertemuan itu, Wahyu menegaskan bahwa dalam gerakan tersebut menyatakan bahwa ke depan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kontestasi Pilkada Kabupaten Malang.
Disebutkannya, ini adalah wujud dari rasa simpati dari seorang teman yang tetap menjaga idealisme meskipun berhadapan dengan undang-undang.
“Para aktivis ini menggaris tebal, apa yang kami lakukan malam ini tidak ada hubungannya dengan kontestasi Pilkada Kabupaten Malang. Dan, tidak ada dorongan dari siapapun dan tidak memihak siapapun. Ini atas dasar simpati dan empati kepada seorang teman yang sama-sama seorang aktivis,” pungkas WES panggilan akrabnya.
Seperti diketahui, M Syafril alias Caping adalah salah seorang aktivis sosial Malang Raya yang bergerak di kemanusiaan terutama saat mewabahnya pandemi Covid-19.
Sumber di lapangan mengatakan sesuai prosedur kepolisian bahwa Caping ditangkap di kediamannya beberapa hari yang lalu. Sedangkan, sejumlah aktivis yang terlibat untuk memberikan rasa simpatinya antara lain dari GMNI, PMII, MCC, Budaya, ProDesa, ARGOM, dan Kepemudaan.
