DimensiNews.co.id, SUKOHARJO – Usia Martini sudah empat puluh enam tahun. Tapi di usia paruhbaya itu ia yang seorang petugas kesehatan di Puskesmas Selogiri sudah harus berjuang untuk membantu keluarga dan orang lain dalam bertahan hidup. Perjalanan hidupnya semakin berat dengan masih mewabahnya Covid-19.
Ditemui DimensiNews siang tadi di rumahnya, Martini terlihat sedikit kelelahan setelah baru saja membersihkan rumahnya. Sebenarnya bukan rumahnya, karena statusnya masih atas nama almarhum ibunya. Di rumah itu Martini yang single parent bersama anak semata wayangnya dan ayahnya. Martini yang juga relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Wonogiri belum berhasil memberi support ibunya untuk melawan kanker yang dideritanya tiga tahun silam.
Ia yang awalnya seorang Bidan Desa sebelumnya bertugas kelahiran bayi dan perawatannya. Setiap pagi Martini harus menempuh 10 kilometer untuk menuju kantornya karena rumahnya berada di Gayam Kabupaten Sukoharjo. Selama bertugas di Puskesmas, sehari-hari harus berkeliling desa untuk membantu ibu hamil menjaga kesehatannya.
“Karena topografi wonogiri pegunungan, ya harus naik turun gunung waktu itu,” katanya. Sejak Covid-19 melanda wilayah kerjanya, Martini diperbantukan untuk melakukan pemantauan dan tes terhadap orang yang berpotensi tertular.
“Saya awalnya berat ketika harus menjalaninya karena orang tua saya sudah tua dan punya riwayat hipertensi, saya takutnya justru saya yang bisa terlurar covid dan menularkannya,” katanya dengan nafas panjang.
Meskipun demikian, karena sudah menjadi tugas, Martini melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Ketika melakukan swab, Ia harus mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. “Seperti pakaian astronot, kalau terlalu lama sedikit gerah dan selama bertugas tidak makan dan minum,” ungkapnya.
Seusai bekerja dari Puskesmas, Martini tidak langsung pulang. Ia menuju Markas PMI Womogiri untuk membantu menjadi relawan. Sesampainya di PMI, Ia harus mandi dan ganti baju. Kamar mandi bekasnya langsung disterilisasi. “Kalau di Markas, orang-orangnya sudah paham semua tentang Covid sehingga saling membantu,” ujarnya.
Selama di PMI, Martini juga harus berjuang membantu masyarakat khususnya yang terkena musibah. Harus melakukan kontak dengan orang banyak membuat ia benar-benar ekstra hati-hati menjaga kesehatannya. “Agak khawatir kalau giatnya terkait covid,” akunya dengan jujur.
Mobilitas yang tinggi mengharuskan Martini juga menjalani tes Covid. Seminggu sebelumnya Ia menjalani Rapid Tes karena baru pulang dari mengikuti Pelatihan Vaksinator Covid di Karanganyar. “Deg-degan saya ketika membaca hasilnya, Alhamdulillah negatif,” ungkapnya dengan lega.
Kegiatan di PMI dilakukannya hingga malam. Ia terpaksa pulang agak malam supaya tidak bertemu tetangga. “Saya tidak ingin ada rasa takut masyarakat yang bertemu saya karena bertugas sebagai tenaga kesehatan,” ungkapnya.
Sesampainya di rumah, Martini langsung menuju kamar mandi untuk melakukan sterilisasi dan kembali ganti baju. Ia harus menyendirikan baju kotornya dan langsung mencucinya. “Setiap malam langsung saya cuci dan kendaraannya saya semprot desinfektan,” imbuhnya.
Ia sangat berharap kehidupannya bisa kembali normal seperti sebelumnya sehingga bisa berkegiatan dengan rekan lainnya dan tetangga.
Oleh : Priyanto