Photo Ilustrasi
DimensiNews.co.id JAKARTA – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan Anak masih kerap terjadi. Baru-baru ini tersebar kabar yang memprihatinkan di salah satu media mainstream terkait kekerasan terhadap perempuan. Yang lebih menyakitkan, kekerasan tersebut terjadi di lingkungan salah satu instansi Negara dan dilakukan oleh oknum pejabat tinggi di instansi tersebut.
Perkara itu menandakan bahwa kekerasan terhadap perempuan sebenarnya tak memandang tingkat pendidikan, instansi pekerjaan atau hal lain yang selama ini di anggap lebih rawan kekerasan pada perempuan. Siapapun dari golongan dan jenis pekerjaan apapun sewaktu-waktu bisa melakukan pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, tahun ini ada 1.885 kasus pengaduan kekerasan terhadap anak. Angka yang cukup mengkhawatirkan ini membuat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) terus berupaya menurunkan angka kekerasan tersebut. Salah satu upaya dari kementrian KPPPA adalah mendorong program unggulannya yang disebut Three Ends
“Sejak 2016, Kemen PPPA telah menetapkan 3 (tiga) program prioritas yaitu Three End (Tiga Akhiri) yang meliputi: akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan perempuan, dan akhiri ketidakadilan akses ekonomi terhadap perempuan. Untuk mendukung kebijakan ini kami telah melakukan berbagai langkah koordinatif dengan Kementerian/Lembaga di pusat dan daerah, mengembangkan model-model kebijakan, dan melakukan advokasi dan sosialisasi guna meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan,” ujar Menteri Yohana.
Di Kota Bogor tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak Cendrung menurun. Hingga Agustus 2018 Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Bogor
Mencatat kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak mencapai 55 Kasus. Kasus kekerasan tersebut cendrung menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Hal itu diyakini sebagai efek dari massif nya sosialisasi program Three Ends dari kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia.
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Bogor, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak (DPMPPA) Kota Bogor Artiana Yanar Anggraini atau yang sering disapa Anna mengatakan Three Ends adalah upaya solutif untuk akhiri kekerasan terhadap perempuan.
“Sesuai namanya, Three Ends ada sebagai upaya solutif untuk mengakhiri tiga masalah yang selama ini seolah jadi pekerjaan rumah bersama yang belum terselesaikan,” ujarnya (06/12)
Tak hanya KPPPA, Anna juga mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga terus berupaya untuk mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Bogor.
Upaya tersebut dilakukan dengan melakukan penguatan jaringan dan sinergitas kelembagaan yang di dalamnya ada DPMPPA Kota Bogor, P2TP2A Kota Bogor dan pihak kepolisian. Sehingga, jika terjadi kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Bogor bisa langsung ditangani dengan cepat.
“Jumlah kasusnya tidak terlalu banyak karena kami selalu sosialisasi ke masyarakat agar segera melapor jika teridentifikasi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sehingga bisa langsung ditangani,” imbuhnya.
Selain berkurangnya tingkat kekerasan, tingkat perceraian dan KDRT di Bogor juga menurun drastis, ini juga berkat bimbingan bersama antara kementrian PPPA dan pemerintahan daerah Jawa Barat dengan program sekoper cinta yang juga bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/. Jika dilihat Bogor bisa menjadi role model dari berjalannya program Three Ends.
“Sekarang kita buat Sekolah Perempuan dimana 60% materinya adalah ilmu keluarga yang tidak sederhana, dan di Bogor terbukti bisa mengurangi perceraian dan mengurani KDRT,” Ujar Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat pada peluncuran program Sekoper cinta beberapa waktu yang lalu.
Tidak hanya soal kekerasan terhadap perempuan, Three Ends juga mendorong untuk mengakhiri kesenjangan akses ekonomi terhadap perempuan. Ini akan menjadi pintu untuk mendorong pemberdayaan perempuan. Deputi perlindungan Hak perempuan kementrian PPPA mengungkapkan Three Ends sebagai solusi untuk kesenjangan akses ekonomi bagi perempuan.
“Masalah ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah kompleks karena dipengaruhi berbagai faktor, seperti kualitas sumber daya manusia, jumlah calon pekerja yang melebihi ketersediaan lapangan kerja, masih adanya budaya stereotip yang menganggap perempuan sebagai pekerja domestik.
Menyikapi hal ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) telah menetapkan program Unggulan Three Ends (Tiga Akhiri), yaitu 1) Akhiri Kekerasan terhadap perempuan dan Anak; 2) Akhiri Perdagangan Orang; dan 3) Akhiri kesenjangan Akses Ekonomi terhadap Perempuan. Perlindungan hak perempuan dalam ketenegakerjaan berkaitan erat dengan program Three Ends ini,
karena perempuan pekerja di Indonesia banyak mengalami kekerasan baik di tempat kerja maupun dalam rumah tangga (KDRT),” ungkap Deputi Perlindungan Hak Perempuan, Vennetia R. Dannes dalam relese kementrian PPPA beberapa waktu lalu.
Jika kita menyinggung sejarah terkait kepahlawanan perempuan, banyak deretan nama hebat menjadi symbol pembuktian bahwa perempuan mampu melakukan hal yang sama dengan laki-laki bahkan berperang senjata.
Meskipun begitu ada keterbatasan bagi perempuan, keterbatasan inillah yang menjadi titik utama perempuan harus di ayomi dan diberikan jamin rasa aman, baik dilingkungan keluarga ataupun kerja. Tentu jika akal sehat kita masih berjalan, tidak ada satupun yang ingin melihat kejadian yang terjadi pada pegawai salah satu instansi Negara tersebut terjadi di tempat lain.
Menutup tulisan ini, seorang sahabat bertanya kepada nabi Muhammad, Ya Rasul, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini.” Rasul menjawab, “Ibumu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu.” “Kemudian lagi, ya Rasul,” tanya orang itu. “Rasul menjawab, “Ibumu.” Lalu, laki-laki itu bertanya lagi; “Kemudian, setelah itu siapa, ya Rasul?” “Bapakmu,” jawab Rasulullah.
Penulis : Fazin Hisabi
Mahasiswa S2 manajemen Jayabaya