JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI, Hillary Brigitta Lasut, mengatakan, seseorang tidak akan bisa menerapkan politik kebangsaan ketika dia tidak memahami dengan jelas nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Demikian yang disampaikan Hillary dalam Webinar bertajuk “Peran Pemuda dalam Meningkatkan Politik Kebangsaan di Era Digital” yang diselenggarakan oleh BAKTI Kominfo dan Komisi I DPR RI, Jumat (7/5/2021).
Hillary menjelaskan, nilai kebangsaan yang pertama adalah nilai religius, kedua nilai kemanusiaan, ketiga nilai produktifitas, keempat nilai keseimbangan, kelima nilai demokrasi, keenam nilai kesamaan derajat, dan terakhir nilai ketaatan hukum.
Menurut dia, politik yang menerapkan nilai kebangsaan adalah politik yang non-transaksional. Karena ketika politik masuk dalam ranah itu, maka kewajiban dari nilai-nilai kebangsaan langsung otomatis dicabut.
“Pandangan saya, politik kebangsaan lebih berada pada sikap politik yang kritis, di mana kita tidak selalu harus melawan arus seakan-akan jadi buzzer yang menyerang pemerintah terus,” kata Hillary.
“Ketika teman-teman menyadari dan mulai peduli terhadap politik, kemudian bisa mulai untuk menentukan jalan apakah akan menjadi masyarakat yang ikut serta mengawasi dan terlibat dalam pembangunan dari luar atau dari dalam,” lanjutnya.
Narasumber berikutnya adalah pakar telematika Indonesia, Roy Suryo. Menurutnya, semua orang bisa mengaktualisasikan sejarah dengan cara sendiri, termasuk mengisi kemerdekaan maupun menanamkan nilai-nilai kebangsaan.
“Kita tidak perlu dengan cara yang sulit. Yang terpenting dalam semangat kita, jiwa kita adalah Indonesia,” kata Roy Suryo.
Dia mengatakan, menariknya di Indonesia ini jumlah ponsel pintar lebih banyak dari penduduknya. Jadi, bangsa Indonesia punya potensi besar dalam teknologi.
“Cara membaca data pun harus diketahui agar masyarakat bisa menggunakan data untuk sebuah aksi. Kita harus hidup dengan literasi baru. Artinya literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia harus berkembang bersama. Jika tidak kita akan benar-benar ditinggalkan oleh teknologi,” ucapnya.
Sementara, Direktur IKPMK Kemkominfo RI, Wiryanta, melalui keynote speechnya, mengingatkan pada semua bahwasanya bagaimana peran pemuda dalam mentransformasikan nilai-nilai kebangsaan itu di era digital. Kalau saat ini sebetulnya sudah menginjak pada revolusi industri 5.0.
“Tanamkan nilai-nilai kebangsaan di jiwa, di raga para pemuda dan itu menuju Indonesia yang maju. Tentu saja Indonesia yang sejahtera di masa depan. Sebagaimana yang kita sepakati bersama kita punya cita-cita di tahun 2045 Indonesia menjadi negara yang terpandang, maju di tataran global,” tandasnya.