MAGETAN – Saat memasuki jalur-jalur alternatif yang ada di Desa Winong Gulun, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur terlihat ratusan tempat pembakaran genteng yang menghiasi halaman hampir setiap rumah penduduk setempat.
Tempat pembakaran genteng secara tradisional dengan bahan bakar kayu pekarangan ini, tenyata sudah turun temurun usaha kerajinan genteng khas winong. Memasuki kawasan industri genteng yang lebih dalam hingga ke pemukiman padat, hampir semua penduduk setempat’ berpenghasilan sebagai pengrajin genteng.
Siang itu, sembari menelusiri jalur alternatif setiap rumah dikawasan industri genteng terlihat hamparan genteng yang masih basah tengah dijemur dihalaman rumahnya. Selain itu, ada juga warga yang masih produksi genteng dari bahan baku tanah liat dengan menggunakan alat mesin press cetakkan genteng. Rata-rata dalam sehari, mereka mampu memproduksi antara 250-300 biji genteng basah.
Pemandangan lainnya, juga terdapat sejumlah warga tengah melakukan proses pembakaran genteng dengan bahan kayu bakar yang sudah kering. Bahkan tidak hanya itu, dilokasi lainnya juga terdapat warga yang tengah membongkar genteng yang sudah dingin pasca pembakaran untuk diturunkan dari gunungan genteng itu. Biasanya setelah itu, genteng langsung dikirim kepada kunsumen yang sudah lebih dulu pesan baik dari Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo hingga luar daerah.
Ditengah kesibukannya membuat genteng dengan alat press yang dimiliki, Marwoto’ seorang pengrajin genetng di RT 20/RW 04 berkenan menceritakan kisah usahanya sejak pandemi Covid-19 masuk Indonesia khususnya di Magetan dan sekitarnya. Meski pesanan genteng dimasa pandemi Covid-19 ini, terjadi pasang surut. Tapi, ada saja masyarakat dari luar daerah Magetan yang masih pesan genteng hasil produksinya. Selain pesanan partai besar untuk proyek perumahan, ada juga pengusaha material bangunan yang belanja genteng untuk dijual lagi ke masyarakat sekitar gudangnya.
“Sejak pandemi masuk Kabupaten Magetan dan sekitarnya, pesanan genteng winong agak berkurang. Tapi alhamdulillah, masih ada yang membeli genteng untuk proyek perumahan maupun toko material bangunan. Sejak pandemi Covid-19 ini, penurunan pesanan genteng winong’ terus terjadi bahkan hampir dirasakan oleh para pengrajin lainnya. Tapi, itu hanya sekitar 35-40% penurunan order,” ujarnya, Kamis 21 Oktober 2021.
Hal sama juga dikatakan Sukono pengrajin genteng di RT 18/RW 03, sejak pandemi Covid-19’ kadang bisa produksi’ kadang tidak. Karena jika produksi dipaksakan atau spekulasi, maka takut terjadi penumpukan stok genteng baik mentah maupun yang sudah matang dari proses pembakaran. Sehingga yang terjadi, modal produksi genteng yang dimiliki akan terhenti juga.
Bahkan untuk mencari konsumen, ia dan bersama pengrajin lainnya harus memasarkan genteng hasil produksinya secara online baik lewat instagram, facebook maupun medson lainnya. Karena saat pamdemi Covid-19 masuk Kabupaten Magetan, hampir semua sektor lumpuh. Termasuk juga, usaha dibidang kerajinan genteng winong baik milik dirinya maupun teman-teman pengrajin lainnya.
Dengan pergantian waktu sejak pandemi Covid-19 saat ini pesanan genteng baik dari pengusaha proyek perumahan, masyarakat maupun pengelola toko material bangunan mulai stabil lagi. “Semoga dengan dihentikannya penerapan PPKM di Magetan sekitarnya dan peristiwa Covid-19 turun penyebarannya, perekonomian khususnya pengrajin genteng juga ikut kembali normal lagi seperti sedia kala,” jelasnya.
Darmo Daud, pengusaha kerajinan genteng winong di RT 21/04 mengaku sejak pandemi Covid-19 minim mendapatkan pesanan genteng hasil produksinya. Tapi meski order yang diterima minim, namun ada saja yang berkenan untuk membeli genteng dengan partai besar bahkan eceran. Ia memilih untuk menjual geteng hasil produksinya ini, secara eceran atau perbiji antara Rp10-15 ribu baik jenis bunder maupun bintang.
Meski, ia menjual genteng secara eceran atau per biji. Namun ada juga para pengrajin genteng lainnya, yang menjual paket yaitu 1000 biji genteng harganya pun antara Rp1,2 hingga 1,3 juta. Harga itu, tentu disesuaikan dengan jenis genteng yang diproduksinya. “Saat ini meski masih pandemi Covid-19, namun harga berbagai jenis genteng winong mulai stabil atau lumayan bagus.
“Tapi kalau musim penghujan, harga genteng disini bisa turun drastis yaitu kisaran Rp800-900 ribu per 1000 biji gentengnya. Meski harga genteng stabil, namun sejak pandemi Covid-19 masuk di Kabupaten Magetan’ order yang diterimanya pasang surut. Dalam artian, kadang ada order, kadang juga sepi. Tapi, ada juga para pengrajin yang tetap produksi genteng untuk stok kedepan,” katanya.*(ajun)
Keterangan Foto : Terlihat seorang pengrajin saat menjemur genteng masih basah dihalaman rumahnya di Desa Winong Gulun.diemnsinews/ajun