MADIUN – Suara musik tradisional khas salah satu kesenian tradisional dan kebudayaan lokal, lirih terdengar dari balik bangunan sederhana yang tidak jauh dari Jalan Raya Madiun-Surabaya masuk Desa Sumberbening, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Namun saat dihampiri, musik tradisional itu semakin jelas terdengar. Ternyata musik tradisional itu, tengah’ mengiringi sebuah atraksi kesenian dongrek khas Kabupaten Madiun disalah satu sanggar seni tergabung dalam Paguyuban Dongkrek Condro Budoyo.
Sesekali iringan musik itu terhenti sejenak. Bahkan disela-sela kegiatan itu’ terdengar suara parau lelaki baya yang memberikan arahan kepada sejumlah orang yang terlibat dalam atraksi seni dongkrek asli Kabupaten Madiun itu. Berbagai alat musik tradisional ini, kembali bergema seiring lelaki baya itu memberikan isyarat aba-aba dengan mengenakan tongkat miliknya.
Seketika itu, beberapa orang yang tengah duduk serta mengenakan kostum kesenian dongkrek langsung berdiri hingga menempatkan posisi dirinya masing-masing. Beberapa orang pelaku seni dongkrek yakni tokoh buto, tokoh masyarakat, tokoh seorang putri warga penduduk, kembali menggerakan tangan serta ekspresi tubuhnya terus mengikuti iringan musik tersebut. Ternyata para pemain kesenian dongkrek ini, tengah berlatih untuk penyambutan tamu dari beberapa universitas yang akan datang dari luar Pulau Jawa.
Meski terus berlatih dalam kesenian dongkrek khas Kabupaten Madiun ditengah situasi pandemi, namun mereka tetap mematuhi protokol kesehatan (Prokes) Covid-19. Apalagi oleh pengasuh sanggar seni dongkrek tersebut, mereka dianjurkan untuk tetap melaksanakan 5M yaitu Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, Menjaga jarak, Membatasi mobilitas dan Menjauhi kerumunan saat dimanapun berada.
Sebab hingga saat ini, pandemi Covid-19 belum berakhir bahkan dikabarkan ada tambahan virus varian baru yang sudah masuk Indonesia. Untuk itu, perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya Covid-19 maupun varian-varian lainnya.
Trisakti Hendriyanto atau biasa disapa Endri Dongkrek menceritakan bahwa sebelum adanya pandemi Covid-19, setidaknya ada aktivitas pertunjukkan baik undangan dalam suatu acara di instansi pemerintah maupun perusahaan swasta. Selain itu, juga banjir order pementasan seni dongkrek dari luar Madiun ataupun gelaran event-event yang diselenggarakan sponsor.
“Sehingga memasukkan yang kami terima pun, tentu bisa berbagi dengan sejumlah pemain kesenian dongkrek baik dari kalangan remaja maupun dewasa. Bahkan untuk biaya sehari-hari juga setidaknya dapat mencukupi, terutama saat latihan bersama demi kelestarian seni dongkrek asli Kabupaten Madiun,” ujarnya, Selasa 7 Desember 2021.
Pengasuh paguyuban dongkrek “Condro Budoyo” kembali mengungkapkan meski situasi pandemi Covid-19, namun dirinya serta para pemain dongkrek tidak pernah berhenti untuk tetap berkarya baik latihan maupun membuat topeng tokoh dongkrek serta alat musiknya. Namun sejak korona atau Covid-19 masuk Indonesia, pemesanan topeng tokok dongkrek dan alat musiknya mengalami penurunan order. Bahkan saat ini, hampir tidak ada masyarakat yang menggunakan jasa kesenian dongkrek ataupun memesan hasil karyanya itu.
Sehingga stok hasil karya ukiran yakni topeng para tokoh kesenian dongkrek hingga ini, sulit terjual kepada masyarakat. “Dulu sebelum pandemi Covid-19, banyak yang pesan satu set peralatan kesenian dongkrek baik dari kantor desa, sekolahan maupun universitas baik dari dalam maupun luar Kabupaten Madiun. Namun saat ini, kami harus menerima keadaan pahit akibat terdampak pandemi Covid-19 bersama jutaan para pelaku seni ataupun pelaku usaha lainnya yang ada di Indoensia,” tuturnya.
Jalan terbaik, lanjut dia, adalah legowo (menerima), karena yang terdampak tidak hanya diri saja seorang, tapi melainkan bersama sejumlah pemain kesenian dongkrek lainnya di Kabupaten Madiun. Tapi juga dialami semua pelaku seni serta masyarakat pelaku bisnis yang ada dipenjuru nusantara ini.
Disaat pandemi Covid-19 belum berakhir seperti sekarang ini, diharapkan pemerintah mencarikan solusi terbaik agar pemulihan ekonomi khususnya pelaku seni seperti dirinya dapat eksis kembali. Dalam artian dirinya mudah menjual hasil kerajinan topeng tokoh dongkrek maupun alat-alat musik tradisional kesenian dongkrek asli Kabupaten Madiun.
Sebab selama pandemi Covid-19, ia bersama para pemain yang merupakan anak didiknya tetap menampilkan karya seni (stok topeng) yang sudah jadi. Karena karya seni seperti alat-alat musik dongkrek, juga tersedia stok yang dibuat pada saat sebelum pandemi Covid-19 di Kabupaten Madiun dan sekitarnya. Untuk topeng dongkrek ada 3 tokoh atau tiga macam yakni tokoh buto melambangkan keburukan atau kejahatan.
“Untuk tokoh putrinya melambangkan masyarakat atau obyeknya yang ganggu, sedangkan tokoh orang tua melambangkan pepimpin atau orang yang bijaksana. Di filosofi dongkrek itu, memang filosofi sesakti-saktinya wong ele (sehebat-hebatnya orang jelek) masih kalah karo wong apik (sama orang yang baik). Jadi nanti masalah cerita, macem-macem,” ungkapnya.
Endri Dongkrek menambahkan sebelum pandemi Covid-19, pesanan topeng dan alat-alat musik dongkrek kebanyakan selain dari desa-desa dan sekolah-sekolah juga dari luar Madiun. “Biasanya, kita mengikuti acara pameran, event-event atau mengisi stand di anjungan Jawa Timur. Sebenarnya di Surabaya ada, lha tapi karena pandemi Covid-19 terus tidak ada kunjungan wisatawan. Jadi tidak laku sama sekali,” tandasnya.*(ajun)
Keterangan Foto : Terlihat sejumlah orang mengenakan topeng dongkrek seusai latihan bersama untuk penyambutan tamu dalam kegiatan kunjungan mahasiswa dari luar Pulau Jawa.dimensinews/ajun