DimensiNews.co.id – BATU – PT Batu Wisata Resoce (BWR) yang berstatus Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dimana yang disertai modal sebesar Rp 3 miliar dari sumber APBD Tahun Anggaran 2017, sudah memiliki usaha grosir bahan pokok bernama “Toko Rakyat” di Desa Sidomulyo, Kota Batu, Jawa Timur.
Ironinya, usaha grosir bahan pokok milik BWR tersebut belum memuaskan pedagang yang berada disekitarnya. Ini terbukti, selain dari sejumlah item bahan pokok yang dijual sama harganya dengan pasar, ternyata ada yang lebih mahal dari harga pasar.
“Harga di toko itu sama kok dengan pasar, ya, karena dekat saja saya ke toko itu,” kata Solihin, pemilik “Toko Barokah”, salah satu toko kelontong di dekat perbatasan Desa Punten dan Desa Sidomulyo, Senin (12/8/2019).
Menurut dia, selama ini yang dibelinya di Toko Rakyat memang tidak banyak. Hanya, mie instan, minyak goreng, dan rokok. Untuk, item barang lain, seperti salah satunya beras, sengaja tidak dibelinya dari Toko Rakyat.
“Ya, kalau beras memang saya tidak beli di Toko Rakyat. Soalnya, sudah ada yang ngantar dan harganya agak miring dari toko itu,” ujar Solihin.
Di tempat yang lain, hal sama juga disampaikan oleh Wiwik, pemilik “Warung Mawar” yang letaknya terpat berada di depan Toko Rakyat. “Memang di Toko Rakyat harganya sama dengan pasar, tetapi ada yang lebih mahal dari harga pasar,” ucap dia, Senin (12/8/2010) saat ditemui di warungnya.
Celakanya, menurut dia, justru beras sebagai bahan kebutuhan sehari-hari lebih mahal dari pasar. Ditambahkan olehnya, beras SR produksi Karangploso, kalau di pasar harganya Rp 59 ribu, tapi di Toko Rakyat harganya Rp 60 ribu. Lalu, minuman kemasan botol Teh Pucuk, di pasar harganya per botol Rp 2.500,- tapi di Toko Rakyat harganya Rp 2.700,-.
“Ya, terpaksa saja belinya di toko itu. Sebenarnya, mahal,” tandas Wiwik.
Dengan demikian, ditegaskan olehnya, seharusnya yamg namanya grosir itu harganya lebih murah. Meski, diakuinya memang pernah harganya di bawah pasaran, tetapi itu dulu waktu pembukaan.
Sementara itu, Ketua Komisi A, Sudiono DPRD Kota Batu, terkait keberadaannya Toko Rakyat milik PT BWR, karena ada kaitannya dengan uang APBD Kota Batu, menurutnya dengan waktu singkat bakal melakukan evaluasi.
“Dengan besaran penyertaan modal senilai Rp 3 miliar itu, setidaknya harus bisa mempertanggungjawabkan dengan transparan dan benar. Selain itu, sudahkah bisa dijalankan dengan baik dan bisa mendongkrak ekonomi masyarakat Batu. Dan berapa hasilnya dari perputaran rupiah dari besaran penyertaan modal yang awal. Dan berapa pula setiap tahunnya yang bisa disumbangkan PAD nya ke Kota Batu,” tanya Sudiono.
Dengan begitu, Sudiono mengaku paska pengajuan penyertaan modal kala itu dengan besaran miliaran rupiah, PT BWR juga banyak program kerja mereka. Jadi sekarang, sejauh mana progres kerjanya itu.
“Artinya karena itu BUMD dengan tujuan usaha awalnya demi masyarakat batu. Itu secepatnya akan kami lakukan kordinasi dengan dewan yang lain, agar segera dievaluasi kinerjanya,” janji Sudiono.
Seperti diketahui, berdasar iformasi di lapangan, bahwa Toko Rakyat dengan bangunan dua lantai tersebut hanya lantai 1 saja yang digunakan aktifitas transaksi perdagangan. Sedangkan, awalnya dulu lantai dua sempat digunakan untuk menyimpan stock barang, dan sekarang dilihat dari luar kelihatan kosong.
Dan, stock barang hanya beberapa box karton saja yamg diletakkan area parkiran luar. Bahkan, saat ini pula jam kerja di Toko Rakyat tidak sampai malam seperti awal pembukaannya. Dengan adanya pengurangan karyawan, sekarang pukul 16.30 WIB karyawan sudah dipulangkan. Sementara, dulu tutup toko hingga 21.00 WIB.
Laporan Wartawan : Putut