JAKARTA – Lulusan pendidikan haruslah memiliki karakter yang membebaskan dan manusiawi, serta memiliki kesadaran kritis. Pendidikan yang membebaskan ini cenderung mencintai kehidupan, alias dinamisasi, dan bukan ketidakberdayaan .
Hal itu ditegaskan Mi’raj Dodi Kurniawan, pengarang buku “Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire,”dalam Webinar di Jakarta, Kamis (24/3). Webinar diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA dan dipandu oleh Anick HT dan Elza Peldi Taher.
Menurut Mi’raj, yang mengutip pemikiran filsuf pendidikan Paulo Freire, janganlah kita terlalu percaya bahwa lembaga pendidikan akan membentuk manusia ideal 100 persen. Faktanya, justru banyak lembaga pendidikan yang melakukan penindasan dan dehumanisasi.
“Jika dalam realitas sosial –di luar lembaga pendidikan– berlangsung penindasan dan dehumanisasi, hal itu akibat penindasan dan dehumanisasi sudah terjadi sejak dalam praktik pendidikan di lembaga pendidikan itu sendiri,” jelas Mi’raj.
“Maka, jika ingin menghapus penindasan dan dehumanisasi dalam realitas sosial, praktikkanlah pembebasan dan humanisasi –memanusiakan manusia– sejak pada proses pembelajaran di lembaga pendidikan,” tegasnya.
Ditambahkan oleh Mi’raj, misi pendidikan yang membebaskan adalah menciptakan orang-orang yang berkesadaran kritis dan berdaya dalam menangani persoalan sosial. Sedangkan metodenya adalah dialog dan “learning by doing.”
Pendidikan ala Freire, kata Mi’raj, juga bermaksud membangun budaya dan struktur sosial-politik,yang beriklim pemberdayaan dan pembebasan, serta humanis.