Ini Parameter Kualitas Ibadah Umat Beragama

  • Bagikan

JAKARTA – Dalam menilai kualitas ibadah, Allah tidak melihat dari rupa atau pakaian kita, tetapi Allah melihat pada hati, yang menjadi lokus ketakwaan seseorang.

Hal itu dinyatakan Guru Besar Filsafat Islam, Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, dalam Webinar di Jakarta, Kamis (28/4). Webinar “Ramadan dan Cara Kita Beragama” itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA. Diskusi dipandu oleh Amelia Fitriani dan Elza Peldi Taher.

“Dengan melangkah secara hati-hati dalam setiap tindakan kita, maka puasa yang dilandaskan pada rasa takwa dapat memperhalus budi pekerti kita. Serta menggerakkan kita pada budi pekerti yang luhur,” lanjut Mulyadhi, yang mengajar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.

BACA JUGA :   Jelang Masa Tenang, KPU Ajak Stakeholder Bersihkan APK

Menurut Mulyadhi, pengaruh positif dari akhlak yang mulia adalah munculnya sifat welas asih terhadap sesama. Serta penghormatan yang tinggi kepada siapapun, dan menjadikan Islam dan orang-orangnya sebagai sumber kasih sayang atau “Rahmatan Lil Alamin.”

“Kasih sayang itu bukan cuma buat sesama Muslim, tetapi juga untuk seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk Allah,” sambung Mulyadhi.

Mulyadhi menjelaskan, inti pendidikan ibadah puasa adalah penanaman dan pengukuhan kesadaran yang sedalam-dalamnya akan ke-Maha-Hadiran-Tuhan, dan inilah yang sebenarnya dimaksud dengan takwa. Takwa menurut al-Quran memang adalah tujuan akhir dari ibadah puasa.

“Dengan pengertian puasa seperti di atas, maka puasa memang bisa menjadi sarana yang tepat untuk penanaman kesadaran akan kehadiran Tuhan, yang dipercaya selalu hadir dalam kehidupan kita” tegas Mulyadhi.

BACA JUGA :   Pengaspalan Jalan Dikawal Dansatgas TMMD 110 Bojonegoro
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights