JAKARTA – Manusia itu umumnya bersikap rasional, kecuali untuk masalah kesehatan. Orang jika menghadapi problem, misalnya motornya rusak, dia pergi ke bengkel. Itu sikap yang rasional. Tetapi dalam hal kesehatan, orang bersikap tidak rasional. Mereka berobat ke dukun, orang pintar, ustad, pendeta, dan sebagainya.
Hal itu dinyatakan pakar neurosains Dokter Ryu Hasan, dalam Webinar di Jakarta, Kamis malam (12/5). Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA. Pemandu diskusi adalah Amelia Fitriani dan Anick HT.
Ryu Hasan menjelaskan, sikap tak rasional itu ada latar belakangnya. Pada 100 tahun lalu, dokter sudah tahu tentang berbagai penyakit, tetapi belum menemukan obatnya. Maka saat itu, jika orang sakit berobat ke pendeta atau berobat ke dokter, hasilnya akan sama saja. Tetapi dengan kemajuan ilmu kedokteran sekarang, hasilnya akan berbeda.
Menurut Ryu Hasan, otak manusia memang dirancang untuk percaya pada apa yang ingin ia percayai. Jika orang percaya pada dukun, lalu dukun itu tidak manjur, ia tidak lantas menjadi tak percaya pada dukun. Tetapi ia justru pergi mencari dukun lain.
Ryu mengatakan, ia tidak bermaksud mengatakan bahwa rasionalitas lebih baik daripada klenik. Tetapi rasionalitas dan klenik itu hanya dua hal yang berbeda.
“Sejak kecil, kita diajarkan irasionalitas,” ujar Ryu. Ketika orangtua mengajari anaknya bahwa “tidak ada yang tidak mungkin,” itu sebetulnya mengajarkan hal yang tidak rasional. Padahal, di dunia ini banyak hal yang memang tidak mungkin.
“Misalnya, dadu itu punya enam sisi. Kalau kita solat atau berdoa habis-habisan, agar jika dadu itu dilempar lalu keluar angka 9, jelas itu tak akan mungkin terjadi. Karena jumlah sisinya memang cuma enam,” sambung Ryu.