Provinsi Sumatera Utara ditemukan 520 partikel/ 100 liter, Provinsi Sumatera Barat ditemukan 508 partikel/100 liter, Provinsi Bangka Belitung 497 partikel/100 liter, Provinsi Sulawesi Tengah 417 partikel/100 liter. Dari 68 sungai yang dikaji kandungan mikroplastiknya, sebanyak 51 % sumber mikroplastik berasal dari plastik sekali pakai seperti (kresek, plastik single layer SL, sachet atau plastik multilayer ML dan kemasan plastik PET).
Mikroplastik Ancam Kesehatan : Ratusan Juta Masyarakat Indonesia Terancam Mandul
Berbicara terkait sampah plastik, pastinya juga berhubungan dengan mikroplastik. Mikroplastik sendiri terbentuk karena proses degradasi plastik utuh yang bocor ke lingkungan menjadi serpihan kecil berukuran kurang dari 5 mm karena proses alam. Karena hal tersebut mikroplastik berpotensi masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan.
Adapun dampak masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yang biasanya diperkirakan sehingga dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup.
Sedangkan berdasarkan komponennya, plastik tersusun oleh senyawa utama meliputi styrene, vinil klorida dan bisphenol A. Apabia tubuh terpapar oleh senyawa tersebut maka akan menyebabkan iritasi atau gannguan pernafasan, mengganggu hormone endokrin sampai berpotensi menyebabkan kanker. Senyawa tambahan yang dicampurkan ke dalam plastik meliputi phthalate, penghalang api, dan alkalyphenol juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas endokrin hingga berdampak pada kesuburan.
Senyawa dari plastik memiliki aktifitas mengganggu hormone estrogen sehingga jika masuk kedalam tubuh dapat meniru hormon estrogen. Senyawa tersebut dapat menurunkan kadar hormon testosteron plasma dan testis, LH plasma, dan juga menyebabkan morfologi abnomal seperti penurunan jumlah sel Leydig pada biota jantan.
Laporan IPEN (2021) menyatakan 7 Bahan berbahaya penyebab gangguan hormon yang ada dalam plastik dan dampak kesehatannya:
1. Bhispenol : Mempengaruhi perkembangan otak dan perilaku, meningkatkan kecemaran hingga mengganggu hormone reproduksi.
2. Phthalates : Menurunkan tingkat testosteron dan estrogen, memblokir kerja hormone tiroid dan sebagai racun pencemar system reproduksi. Selain itu, meningkatkan gangguan kehamilan, keguguran, anemia, mengganggu siklus menstruasi hingga menopause dini.