4 Tewas di Bangkalan, Ketua DPD RI : Harusnya Carok Direvitalisasi

  • Bagikan
Ketua DPD RI, LaNyalla Mahmud Mattalitti.

SURABAYA – Aksi perkelahian bersenjata di Bangkalan, Madura, yang menyebabkan empat nyawa melayang disesalkan oleh Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Seperti diketahui, perkelahian pada hari Jumat tersebut bermula dipicu oleh persoalan sepele, yakni antara pengendara motor (korban) yang ditegur oleh pelaku.

Berawal, pelaku menegur korban yang mengendarai motor terlalu keras. Korban tidak terima dan memukul pelaku (penegur). Lantas pelaku tidak terima, mengambil senjata di rumah, mendatangi korban bersama saudaranya. Dua pelaku bersenjata celurit tersebut menyerang empat pelaku dan menewaskan mereka.

“Menurut saya itu perkelahian bersenjata. Bukan murni Carok. Carok itu memang ada dalam tradisi Suku Madura, yang sekarang memang sudah jauh berkurang. Carok itu janjian bertemu, saling membawa senjata, lazimnya di tempat yang sepi atau jauh dari keramaian publik. Umumnya terkait dengan persoalan yang menyangkut harga diri yang serius,” urai LaNyalla, Minggu (14/1/2024).

BACA JUGA :   Kedapatan Bawa Sabu , Oknum Satpam Ditangkap Satresnarkoba Polres Tulang Bawang

Namun, LaNyalla juga berharap tradisi Carok di Madura direvitalisasi. Sehingga menjadi produk budaya dan senjata clurit bisa menjadi heritage, atau warisan kebudayaan Suku Madura. Sehingga celurit khas Madura yang dulu kerap dibuat Carok, dapat menempati posisi seperti Keris di Jawa.

“Dan kisah-kisah atau sejarah tentang Carok dapat menjadi khazanah literasi budaya Indonesia,” tandasnya.

“Dengan begitu nilai yang dikedepankan adalah nilai kebudayaannya. Bukan nilai aksinya. Sehingga tidak lagi dilakukan, tetapi dilestarikan nilai kebudayaannya sebagai pengetahuan, warisan budaya dan nilai-nilai sejarah kearifan lokal yang dijadikan produk budaya. Ini juga bisa mengundang potensi wisata, sebagai sebuah pengetahuan sejarah,” imbuh LaNyalla.

Menurutnya, jika tradisi Carok diteruskan pada skala aksi, maka akan merugikan pada jangka panjang. Karena masyarakat di pulau Garam semakin plural dan majemuk.

BACA JUGA :   Bandar Narkotika di Bujung Tenuk Dikenakan Dua Pasal Berlapis

Selain itu, Investasi dunia usaha dan dunia industri juga diharapkan semakin banyak. Sehingga kenyamanan, ketentraman dan keamanan menjadi syarat utama. Maka, kalau dilestarikan sebagai produk budaya, justru bisa mendatangkan nilai ekonomis.

Menurutnya, ada banyak tradisi serupa seperti Carok di berbagai daerah lainnya. Masyarakat Bugis-Makassar memiliki tradisi Sigajang Laleng Lipa, yang merupakan tradisi untuk mempertahankan harga diri dan martabat.

Namun saat ini, tradisi tersebut justru menjadi budaya yang memiliki nilai tambah masyarakat dalam konteks pariwisata.

“Tradisi tersebut justru menjadi pendukung pariwisata. Dia disajikan dalam pertunjukan-pertunjukan pameran seni budaya Bugis – Makassar dalam konteks pariwisata,” ujar pria berdarah Bugis tersebut.(By)

Sumber : Biro Pers, Media dan Informasi LaNyala

BACA JUGA :   Empat Pelaku Pengeroyokan Sekuriti Perumahan di Cikokol Berhasil Diamankan Polisi
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights