DimensiNews.co.id – TIDORE KEPULAUAN.
Kelurahan Gurabunga Kecamatan Tidore Pulau dari dulu hingga kini terkenal dengan tanaman tomatnya yang melimpah ruah, namun sayangnya dalam hal produksi hasil tomat untuk di pasarkan belum kunjung mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah, terlebih lagi instansi terkait. Hal ini tentunya sangat berdampak besar terhadap keberlangsungan kehidupan warga masyarakat gurabunga yang umumnya berprofesi sebagai petani tomat.
Harga jual tomat di pasaran yang relatif kecil membuat para petani terpaksa pasrah. Bagaimana tidak, hasil panen tomat dengan kualitas terbaik mampu mencapai angka belasan hingga puluhan Ton per/ sekali panen ini seakan di diamkan saja oleh pemerintah kota dibawah pimpinan Capt. Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen. Padahal keduanya punya visi misi kota jasa berbasis Angromarine.
Proses penanaman dilakukan secara manual oleh para petani tanpa ada campur tangan dari instansi terkait, mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, pupuk, panen dan pemasaran hasil juga tidak diberikan ruang.
Untuk melakukan semua itu, para petani terpaksa harus merogoh kocek hingga belasan juta rupiah, namun miris harga jual tomat justeru anjlok di beberapa pasar lokal, baik Tidore maupun Ternate, ujar Abd. Latif Salasa salah satu petani tomat ketika ditemui awak media di kebun tomat miliknya, di kelurahan Gurabunga, Sabtu (2/12/2017) siang kemarin.
Dirinya juga mengaku, bahwa selama ini petani tomat gurabunga tidak mendapat bantuan baik berupa pembibitan, pupuk bahkan alat-alat pertanian lainnya. “Semuanya torang (kami-red) bikin atas hasil swadaya masyarakat, terutama keranjang buah yang digunakan untuk mengangkut hasil panen. Masih ada fasilitas penunjang lainnya yang sangat torang butuhkan tapi apa boleh buat harapan tara sesuai kenyataan, karena dari tanaman tomat inilah torang bisa menyambung hidup dan biaya sekolah anak-anak disamping menunggu hasil panen tanaman tahunan,” tutur pria paruh baya ini dengan nada sedih.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Imran Jasin melalui penjelasannya yang disampaikkan lewat group WhatsApp Mitra Pers Tikep beberapa waktu lalu, justeru menanggapi persoalan tersebut dengan santai. “Mohon difahami bahwa biaya produksi 1 pohon tomat tidak lebih dari Rp 2.500, jadi kalau satu pohon tomat berbuah diatas 12 buah maka satu pohon dapat menghasilkan lebih dr 1 kg/pohon. Ketika harga tomat Rp 4.000 atau Rp 5.000/kg maka petani masih untung 100 %, kalau harga tomat ditingkat petani dibawa Rp 2.500 maka petani mengalami kerugian dalam berusaha, mari kita lakukan analisa usaha tani bersama, silakan mencoba,” jelasnya.
Lebih anehnya lagi dalam komentarnya itu, Imran Jasin justeru mengarahakan hal itu ke Perusda. “Coba ke Perusda mungkin ada solusi, kita perlu modal dan distribusi ke pasar,” katanya. (SS)